Elegy Shifa

"Tawa keempat anak itu terdengar paling keras diantara yang lainya..."

Siang itu riuh dengan suara motor berhamburan dari parkiran sekolah, tawa para  siswa memecahkan keheningan selama 6 jam.
" Woi jadi gak nih tar kita perginya?" sapa seorang cowok pada Shifa, gadis hitam manis yang kerap kali jalan menyendiri. Namun dalam diam banyak kisah yang tak bisa terungkapkan jika tidak diminta untuk bercerita tentangnya.
"Yah jadi lah.., jam berpa kita kumpulnya? jam dua aja, aku mesti pulang dulu kerumah, nanti mamaku khawatir lagi .. ya gak cing?," cing panngilan akrab pada teman akrabnya, sambil lalu di pergi menstater motor kesayanganya yang kerap kali di pakai ngebut itu.
''Tunggu tunggu ... ga salah loe pulang dulu ha? jauh kali, udah.... telp aja kan bisa, daripada bolak balik?"
" Ah ogah, dah kewajiban ku pulang dulu baru aku keluar lagi, lagian kasian mama dah siapin makan siangku" sambil nyengir, "Sampai nanti ya...." dikebutnya motor merek Yamaha, terkenal karena handal buat ngebut.


"Siang Mam..." "muaach " dikecupnya lembut pipi mama Shifa
" Mam, abis makan aku mau pergi ama teman, boleh ya?"
" Mau kemana, anak gadis kok baru pulang sekolah dah mau pergi lagi sih?"
"Tenang aja Mam, aku cuma motoran doang kok, bentar kok... ga sampe maghrib deh. boleh ya mam, ya kalo ga boleh aku sih ga pergi" sambil meneruskan menyuap nasi kedalam mulutnya.
"Boleh... Tapi apa kamu ga cape ? baru aja datang " sambil mengelus pundak anaknya yang mulai beranjak gadis itu.


" Mam, nanti tolong bilangin Papa ya kalo Shifa pergi main dan pastinya kalo bilang Papa pasti ga boleh dehhh.." Shifa merajuk pada sang Mama, sambil memijit lengan Mamanya.
"O ya Shifa , mama boleh tahu kamu pergi sama siapa ? pasti teman mu cowok semua?"
" Mama udah pada kenal kok, dan lagi mereka teman ku dah lama, kenapa Ma?" Shifa berjongkok di lutut mamanya sambil memegang helm bersiap mau pergi lagi.
" Ah gak ko mama pengen mastikan kamu pergi dengan siapa saja, dan lagi mama bisa hubungi orang tua mereka jika ada apa- apa.." memandang Shifa  dengan mata berharap.
"Oke Shifa kasih tau ya.. Shifa pergi dengan Anjar, Yosef dan Dama, kami pakai motor masing masing, jadi ga ada yang boncengan kok, semua punya tanggung jawab masing masing" shifa tersenyum memandang mamanya yang lega tapi masih ada pertayaan tapi urung di keluarkannya, melihat anaknya sudah gelisah memandang terus pada jam tangannya..
" Yah sudahlah, sana kamu pergi, pasti temanmu sudah menunggumu" samil beranjak berdiri dang mngecup kening anak gadisnya yang tomboy.
Melepas kepergian Shifa hingga tak terlihat di ujung jalan depan rumahnya" hati hati shifa!!" setengah berteriak karena motor melaju kencang dan Shifapun menjawabnya dengan beteriak pula" Oke Ma!! sampai nanti ya!!!"


Melesatlah motor yang di kendarai Shifa dengan kecepatan 80km/jam, sungguh piawai shifa mengendarai motor itu, sudah menjadi kendaraannya sehari hari, ke sekolah maupun kemanapun dia pergi.
Seperti biasa, Shifa mengenakan celana jins belel dan kaos oblong putih, dan karena perawakan yang kurus tinggi tidak terlihat di adalah seorang perempuan, hanya saja rambutnya yang selalu di kepang panjang menjuntai hingga pinggang dan mengenakan jacket jins yang tak kalah belelnya.

Dalam perjalan dia tersenyum sendiri dengan teguran mamanya bahwa dia dibilang anak gadis, " hihihi aku gadis ya?" tanyanya dalam hati, ah ga ada beda temanku semuanya cowok dan aku tidak pernah punya sahabat seorang perempuan, paling paling hanya kenal begitu saja tidak pernah hingga lengket kaya perangko, yang sukanya ketawa ketiwi cekikikan ngomongin cowok yang diidamkan mereka.
Shifa hanya berpikkir, kenapa mesti bertanya tanya ga  tau juntrunganya dan hanya berbisik bisik jika cowok idaman mereka lewat misalnya, apa ga sebaiknya tanyakan saja langsung lebih jelas, lugas dan gamblang, halah kayak pemilu aja!, sambil senyum senyum sendiri.


Tak berapa lama Shifa sampai di tempat temannya menunggu, " wooiii, sorry telat dikit"
" Iya nih tumben loe telat segala, loe kan ga suka kalo nuggu orang nah loe sendiri telat" Anjar bersungut sungut jadi berkurang jam dia tayang, karena senang sekali dia dg acara jalan bareng ini.
" Iya, iya maaf donk, mama tanya aku dengan siapa aku pergi..."
"Eh tumben kali mama mu itu Fa?" Yosef pun sedikit aneh baru sekarang Shifa pergi dikawathirkan mamanya.
"Trus loe bilang ama siapa " Damapun menyahut tak kalah heran.
" Ya kubilang sama kalianlah, emang aku bilang ama kambing?" Shifa menjulurkan lidahnya meledek.
Spontan mereka bertiga menjitak kepala Shifa berbarengan, jengkel karena mereka di sebut kambing.
Shifa lari menghindar sambil tertawa terbahak bahak, dan berteriak" sorry !!! sorry!!!"

Kini mereka bersiap di atas motor masing masing, berjejer menyamping seperti hendak bersiap balapan. Dan ternyata mereka memang hendak balapan motor, sekedar untuk melepas andrenalin yang mengalr pada darah muda mereka.
Bak pembalap semua bersiap ditempat masing masing, dan berbarengan memberi aba aba start.

Dalam hitungan ketiga, mereka melaju kencang diatas motor masing masing di bawah terik matahari yang menyengat, Shifa tidak risih dengan panasnya matahari siang itu, tidak seperti anak perempuan lainnya yang anti berjemur di bawah teriknya matahari siang itu yang panas dan menyengat. Shifa tidak pernah memperhatikan bahwa kulitnya akan gosong terbakar terik matahari, justru sebaliknya, dia sangat menyukai panas.

Dan orang pun menggelengkan kepala melihat ulah keempat anak tersebut. Tak ada prestasi memang hanya sebuah pelampias kesenangan hati. Memasuki  jalan raya mereka mengendurkan gas dan mulai menjalankan motor dengan santai. Berbarengan mereka memasuki parkiran cineplex 21yang biasa disebut Sampoerna Teater itu, ada film bagus yang mereka suka dan sepakat untuk nonton rame rame.

Sembari menunggu antrian ticket masuk, seperti dunia hanya untuk mereka berempat, saling bercanda dan tawa meledak di ruangan yang terbatas itu dan tidak peduli. Semua mata memandangi mereka, tapi mereka acuh tak acuh dengan keadaan sekitar.
" Fa, loe bilang mama pulang jam berapa? agaknya keluar cineplex ini jam 5 lebih kali deh, pasti lewat magrib loh" Dama bertanya sambil menghisap rokok putihnya
"Ya magrib aku bilang tadi, sampelah jam 6 dirumah nanti, kan mata merem pas buka mata dah sampe rumah" kilah Shifa sambil  nyengir.
"Huuu gayamu kaya pembalap aja Fa" Yosef mengacak rambut Shifa. Shifa tidak suka kepala di pegang oleh siapapun, maka larilah dia mengejar Yosef dan Yosef lari sambil teriak " gak gak ...sorry sorry Fa!!! ampun ..ampun ga lagi gw lupa" dan Shifa pun berhenti mengejar Yosef "awas !!" tangannya mengepal kearah Yosef.
Anjar masih setia berdiri diantara orang orang yang antri ticket, sambil sesekali tersenyum melihat tingkah laku teman temannya yang konyol bak anak kecil, tertawa bercanda riang, suasana sangat akrab dalam pertemanan persahabatan itu.

Dama tak berhenti mengepulkan asap rokok putihnya seakan tidak ada orang di sekitarnya, nikmat sekali melihatnya duduk sendiri mengarah pintu keluar sambil sibuk memainkan kunci motornya. Sesekali Shifa melirik ke arah Dama, apa yang dipikirkannya dalam kepul asap rokok itu, tanyanya dalam hati. Dama memang pendiam, dia punya dunianya sendiri, walaupun saat berkumpul bersama teman-temannya, tapi tetap terlihat enjoy dan menikmati rokoknya tanpa terpengaruh sekitarnya.


Beda sekali dengan Yosef dan Anjar, mereka selalu menganggu Shifa, meledeknya karena diantara mereka bertiga hanya Shifa yang cewek sendiri. Dama akan melontarkan pertanyaan atau pernyataan yang dia rasa perlu, tanpa harus meminta jawaban atau tanggapan. Ada misteri yang sepertinya tidak boleh di ketahui oleh siapapun bahkan untuk kami temannya, jarangnya dia bercerita tentang masalah pribadi ataupun keluarganya, tapi dia sering sebagai tempat curahan kami jika kami sedang ada masalah, dan dengan senang hati dia akan menanggapi permasalahan kami dan kadang juga memberikan sedikit saran dan bisa jadi saran itu kami ikuti, dia baik, dan dalam diam Dama seperti mempunyai karisma tersendri seperti mempunyai kehidupan diatas kehidupan orang lain.
Pernah suatu malam dia kepergok sedang berkendara di tenganh malam, kebetulan waktu itu kami pergi tanpa dia, dengan tenang dia bilang "kenapa kalian keluyuran malam malam begini, ini lagi anak perempuan heh"
Serentak kami pun menyahut" yeee kamu itu justru ngapain ? malam malam sendirian motoran? "
"Tar boncengan lo tu ada yg naik ngikut lagi, hiiiiiii!!" Anjar melanjutkan.
"Ya ga papa tho ?! wong udah biasa.."
''Hah!? " Shifa sedikit kaget, tapi dasar orangnya sableng " owh baru tau kalo loe jadi Tukang ojeknya lelembut, hahaahah", " Hush! malam malam kok ketawa ngakak.." Yosef menegur Shifa, dan mereka pun terdiam bersama.

Berempat mereka memasuki ruangan dan menempati tempat duduk masing masing.Dan film pun dimulai. Shifa orang yang paling rame diantara mereka, dia sedikit latah dan kagetan saat adegan film tegang atau mengejutkan, dan selalu di di sumpahin teman-temanya, karena ulah Shifa justru mereka ikut kaget. Lumayan lama filem diputar 1jam setengah.
Mereka keluar berbarengan dan masih dengan riuh tawa dan cela mencela karena kelakuan Shifa di dalam tadi.


Shifa segera melirik jam tangan, pukul 5.15 sore, "hei masih punya waktu dikit nih, makan bakso yuk.." tanpa panjang lebar mereka langsung menuju tempat bakso langganan di sebelah Sampoerna Teater.
Anjar sangat doyan dengan bakso buat Pak Kumis, tapi kami memnaggilnya Bancay, karena kelakuanya seperti banci walaupun pakai Kumis tebal, lucu memang.
"Mas, tolong buatin jeruk anget ya satu!" teriak shifa" kalian mau minum apa?"
"Aku air putih saja.." seperti biasa Dama yang penggemar air putih, sekali minum bisa dua gelas besar, padahal kuah baksonyapun banyak sekali,sedang Anjar segera menjawab " Aku es jeruk ya mas!" tak ketinggalan Yosef memesan minuman kesukaanya " aku Jus alpukat manis ya"
Lalu kami menyantap bakso dan meminum pesanan kami masing masing. Tak ada komentar karena kami semua saling menikmati porsi kami masing masing.
Tak lama selesailah acara makan bakso kesayangan yang selalu menjadi langganan setiap mereka selesai nonton film.

"Wis, aku duluan ya...dah jam segini aku harus segera meluncur, kalo tidak aku tidak menepati janjiku pada mama untuk pulang magrib, daripada lewat malah repot" shifa pun berpamitan karena letak rumahnya yang paling jauh diantara ketiga temanya.
Tiba tiba Dama bersuara" yakin loe pulang sendiri? ga diantar ?", serentak suara Yosef dan Anjar "cieeeeee..!"
Sontak Dama menangkis "lho kenapa ? wajar tho, maksudku kalian juga ikut ngantarin Shifa pulang, jadi kita berempat.." masih dengan mukanya yg cool.
" Ga usahlah, emang mulai kapan semua orang pada mengkhawatirlkan aku ? aku masih bisa kok, lagian aku dah biasa, thanks ya" Shifa pergi berlalu menuju parkiran motor.

Dalam perjalan pulang, ada sedikit perasaan senang tapi aneh, kenapa tiba tiba semua orang memperhatikan aku ya, tanyanya dalam hati. Dia ternsenyum sendiri dan sambil bersenandung kecil melaju mengendara motor dengan kencang menuju rumahnya, dia takut kedatangannya akan bertemu dengan Ayahnya, karena terlalu sayang, ayahnya melarang Shifa pergi seorang diri, dalam benaknya kembali bertanya bukankah selama ini yg extra menjaganya adalah ayahnya, karena dia anak perempuan satu satunya, kenapa orang jadi ketularan.
Masih dalam pertanyaan yng muncul dalm pikirannya, tibalah Shifa di depan rumahnya, dan sang mama sudah duduk manis menanti kedatangan putrinya seorang.



Nrifa_27032010

Komentar

Postingan Populer