It's Me
Sore itu aku duduk di jendela paviliun samping, diiringi lagu Iwan Fals serasa menambah suasana hati mendapatkan pendukung.
Tersenyum lebar mengartikan isi dari lirik lagu tersebut, hujan sesekali menampias kaca di depanku, aku merabanya dari balik kaca jendela.
Pikiranku campur aduk antar bahagia sedih dan harusnya bersyukur, kenapa tidak karena sampai detik ini aku masih bernafas dengan beraneka raga proses yang aku dapatkan.
Anehnya rasa bahagia itu entah telah pergi berapa lama dariku. Aku hampa.
Suara notifikasi pesan aku abaikan, pikiranku melayang mengingat kisah kita dulu saat di bangku sekolah. Janji tanpa materai antara kita berdua akankah bisa terwujud. Sepertinya tidak, kita sudah berbeda tujuan, khususnya aku, aku tak lagi menjadi apa yang aku cita-citakan, tapi kamu menjadi apa yang kamu impikan.
Aku mendesah keras, sekeras air hujan luruh. Untuk ketiga kalinya aku tak mendapatkan apa yang aku impikan. Untuk sesaat aku kecewa tapi aku hidup dan harus hidup, karena aku telah hadir di dunia ini.
Dan pas dengan apa yang saat ini kudengar, kurenungi lagi lirik dari lagu ini, aku memang harus mengambil sikap atas ketidak adilan ini. Tapi apa dayaku ini semua sudah hidup yang harus aku jalani.
Harta
Tahta
Wanita
Kata-kata yang sudah bisa ku dengar, menjadi pendukung atau malah menjadi senjata yang menghancurkan. Aku salah satu penjunjung kenaifan begitu kata temanku, "kamu jangan terlalu naif, banyak yang harus dimanipulasi untuk kebaikan kita pribadi"
Ah,, semakin aku meronta, dimana aku perbijak untuk kata naif itu sendiri , keuntungan pribadi ? Untuk tidak berkata jujur? Untuk menjilat?
Ah brengsek!! Aku memaki pada diriku sendiri. Aku hanya tak mau hidup dengan sia-sia, terlebih mengkhianati hatiku. Tapi sisi jahatku pun mau aku ikut andil dalam kehidupan ini, menjadi egois dan mau sendiri, mencari kesenangan tanpa peduli pada kesusahan orang lain hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Menapaki tanah yang aku pijak, aku masih ingin bisa berpikir jernih, dimana aku berpijak disitu aku harus menyesuaikan diri. Tapi harus yang bagaimana ? Akankah aku harus ikut arus dengan mereka, sementara saat ini aku masih berjalan lurus tepat di tengah jalan, persimpangan masih jauh di depan sana. Harapanku saat aku menemui persimpangan jalan nanti, aku dapat lebih memahami dan mengerti apa yang harus aku pilih.
Ku ingin hidupku menyenakan orang lain, tanpa menjadi bebanku. Mencari dan meninggalkan kenaifan tapi aku bahagia, apakah bisa ? Dimana aku harus tempa semua itu agar menjadi hidupku lebih hidup. Sepertinya aku memang harus bongkar semua isi otakku.
Karawang, 17.12.2022
BONGKAR
by Iwan fals
Komentar
Posting Komentar