Mawar dalam Kotak (1)

Sesorean ini aku hanya duduk menyendiri di dekat jendela. Matahari Masih nampak riang menunggu senja, senyumnya masih sesekali terselip diantara dedaunan. Menenmani burung- burung berlompatan dari dahan ke dahan.
Aku asyik memandangi burung yang dengan riang terbang bercumbu, berlompatan dari dahan satu ke dahan yang lain. Sesekali turun di rerumputan. Berkejaran seakan dunia ini hanya milik mereka berdua. Indah sekali.

Perasaanku terhipnotis oleh tingkah laku mereka, yang begitu bahagia, yang begitu ringan menjalani hidup ini. Tanpa ada rasa beban sedikitpun.
Tiba tiba pikiranku melayang padamu, teringat akan pertemuan kita sesaat sore di suatu taman.

Saat aku duduk sendiri di bangku taman sembari membaca sebuah buku fiksi bersanding secangkir kopi yang aku beli di kedai dekat taman tadi.
Kedai kaki lima yang cukup sederhana, selalu siap sejak pukul sepuluh pagi hingga tujuh malam.
Tak jarang aku terkadang duduk di dekat kedainya sambil menemani bapak pennjual kopi itu mengobrol jika kebetulan sedang sepi pengunjung.

Sesosok bapak tua yang dengan setia datang mendorong gerobaknya untuk datang berjualan di taman itu. Dia lakukan dengan selalu bersemangat, selalu tersenyum dan  ramah saat melayani semua pembeli. Pedagang kaki lima tidaklepas dari japrem, dan anehnya tak ada preman yang mengganggunya. Setiap preman datang menagih jatahnya dia hanya menawarkan kopi dan meminta mereka beristirahat untuk menikmati kopi. Dan tanpa pilih kasih dan tetap ramah. Tak jarang preman itu malah meninggalkan uang lebih untuk secangkir kopi yang di minumnya.
Pemandangan ini sebenarnya cukup aneh bagiku, mengundang pertanyaan dan aku berbisik dalam hati

"siapa sebenarnya bapak tua ini?"

Penasarankulah yang mendorong untuk aku memberanikan diri menanyakan siapa dia sebenarnya.

Kala itu senja sangat cerah hingga lembayung merona membentang memenuhi langit yang biru. Semburat warna jingga yang sempurna serta kilau sisipan matahari menambah keindahan sepanjang sore itu.

"Pak, dagangan rame gak nih sejak datang kemari sore ini?"
Sembari ku seruput kopiku yang masih panas itu.

"Ya biasalah, pasti ada yqng datang untuk ngopi sore-sore disini" dia membalasnya dengan diakhiri senyum tulus.

"Syukurlah Pak, jadi masih ada pemasukan setiap harinya ya?" Kembali ku seruput kopiku.

"Ya gitulah Non, seberapapun kita mesti bersyukur.... sudah rejekinya, semua Tuhan sudah atur untuk umatnya dan pasti di berikannya yang terbaik pula."

Tangannya tak henti sambil mengelapi perabotan jualannya.
Meski barang tempat kopi dan peralatan lainya tampak tua namun bersih dan mengkilat.
Membuat kami tak merasa jengah dan jijik, merasa aman karena bersih.
Aku menatap lekat peralatan bapak tua itu sambil bercerita sendiri didalam kepala.
Tiba tiba suasana pecah oleh suara berat seorang pembeli.

"Beh kopi ya satu, lekat" pintanya.

"Baik, sebentar ya"

Bapak Tua mengangguk dan segera membuatkan pesanan laki-laki tadi.

Terdengar bapak tua menggerus kopi mengunakan manual grinder. Tak lama kemudian seiring selesai menggerus biji kopi itu bersamaan dengan air mendidih, air menidih didiamkannya sebentar, dibukanya tutup ketel lalu di ambilnya untuk menyeduh kopi pesanan tamu.
Cukup sabar untuk mendapatkan seduhan kopi yang pas danhanya bapak penjual kopi inilah yang aku bilang pas.
Tanpa sadar aku pun menjadi terbiasa saat menyajikan kopi untuk diriku sendiri saja dirumah mengikuti cara yang di ajarkan bapak penjual kopi secara tidak sengaja.

Aku tetap duduk di samping meja kecil tempat menyeduh itu.

"Maaf ya Non, nanti kecipratan air mendidih, bahaya" pinta bapak tua penjual kopi.

"Oh iya Pak, silahkan"

Aku hanya menggeser tanganku namun tak beranjak dari kursi  hanya menjauhkan badanku saja dari meja. Mataku tetap menatap bapak tua si penjual kopi menuangkan air panas.
Dia menuangkannya dengan perasaan lembut sehingga kopi terangkat dan berbusa. Harum kopi menyeruak memasuki hidungku.

Sungguh anugerah Tuhan aku dapat menghirup aroma kopi yang harum dan menyegarkan pikiranku.
Aku tak pernah bosan menghirup aroma kopi, setiap saat  bapak tua si penjual kopi yg selalu menyeduhkan kopi untuk tamunya dengan perasaan cinta dan lemah lembut namun ada kekuatan besar  dalam kelemahlembutan dan semangatnya. Semangat yang menular.

"Ini Mas kopinya sesuai pesanan, semoga semua masalah terselesaikan dan jadi bahagia"

Ya!baru kusadari bahwa bapak penjual kopi itu selalu berucap hal yang sama kepada semua pembeli saat menyuguhkan kopi buatannya.

"Semoga masalah terselesaikan dan jadilah bahagia"

Demikianlah kata-kata yang selalu di suguhkan itu penuh dengan penekanan kata bahagia di akhir kalimat.
Seperti menularkan spirit kepada semua peminum kopi seduhannya, dan kami pun merasakan hal itu, tenang, timbul semangat baru dan ada rasa bahagia yang entah hadir memenuhi relung hati menyesaki dada dengan degub jantung berirama.

Perasaanku pun sedemikian rupa, entah kekuatan apa sebenarnya yang di punyai bapak tua ini. Perasaan bahagia setelah minum kopi nya. Kata-kata yang diucapkanya seperti hipnotis bahwa semua masalah datang dapat terselesaikan dan menjadi ringan dan tentu saja bahagia di rasanya. Sebuah mantra yang ajaib, benar benar sungguh ajaib.

Bagiku pribadi kopi memang minuman yang membuat hati ringan dan relax. Aroma kopi itu sendiri telah meyeretku sesaat di alam yang tak berbatas sehingga saat kembali sadar serasa merasakan kekuatan tersendiri untuk lebih ringan menghadapi segala sesuatunya.

Tak selang lama setelah kopi itu habis diminumnya, pembeli laki-laki itu pergi dan meninggalkan uang di bawah cangkirnya.
Bapak Tua si penjual kopi tersenyum lebar dan hanya bisa bergumam,

"Terimakasih".

Dia memberikan lebih dari harga yang di tentukan penjual. Dia berlalu begitu saja.
Belum lagi punggung laki-laki itu sirna dari pandanganku, datang dari belakang ku segerombolan anak anak muda yang entah bagaimana dandanan yang tepat dan menyebutnya. Mereka semua terlihat tidak begitu lusuh. Dengan rambut beraneka macam warna dan model yang entah aku harus menyebutnya apa.
Dengan sedikit keras berkata kepada si bapak penjual kopi untuk memberikan uang yang mereka minta. Mereka bertiga dengan padanan postur tubuh yang nampak berbeda, maksudku satu tinggi ceking, satu pendek biasa dan satu lagi gendut bulat.
Aku hanya memandangi mereka dan tersenyum saja.
Dengan senyum ringan bapak si penjual kopi menyapa mereka

"Ada apa ini... kok datang datang minta duit, mau beli apa kalian ? " dengan senyum ramah 

"Mana uang cepat!" Si ceking menghardik.

Bapak si penjual kopi tetap tenang.

"Duduklah kalian bertiga "

Aneh, bak kerbau di cucuk hidungnya mereka duduk tanpa perlawanan.
Dan terdiam!

"Minumlah kalian bertiga kopi ini, semua masalah akan terselesaikan dan kalian akan merasa bahagia"

Sekali lagi aneh! Mereka bertiga langsung menuruti perintah bapak penjual kopi itu dan meminum nya.
Terlihat mereka begitu tenang dan menikmati setiap seruputan hingga habis. Tak lama kemudian mereka bangun dari duduk dan tersenyum serta pergi berlalu.
Kali ini mereka tidak meninggalkan uang untuk tiga kopi cangkir yang di minumnya.

"Mereka tidak meninggalkan uang untuk membayarnya Kong, tumben"

Tanyaku heran, dan masih tetap heran setiap kali mereka berubah jinak saat mendebgar perintah di bapak penjual kopi itu.

"Biarkan mereka pergi dengan masalahnya, mereka merasa bahagia karena mendapatkan kopi sore ini, bisa jadi karena memang mereka blm mendapatkan hasil apa-apa"

Bapak tua penjual kopi ini sangat bijaksana dan begitu sabar namun dalam kesabarannya itu ada kekuatan super yang dapat menghipnotis orang yang akan ataupun sudah berbuat kasar.


                                                                                           ...................................... bersambung (2)



Komentar

Postingan Populer