BALI 2017 (#myjourney15th, 2002-2017)




Saya akan mencoba menyampaikan cerita dengan tulisan, meski tidak begitu pandai menyampaikan dalam bentuk tulisan tapi mencoba mengemas dengan bahasa sehari-hari, bahasa Indonesia tentunya, selain bahasa Jawa dan Madura sebagai bahasa ibu ^;^

Masa libur tahunan yang bertepatan dengan libur lebaran sudah usai, saat nya untuk kembali melakukan rutinitas sehari-hari, mencangkul untuk sesuap Berlian hahahha  🤣 #asyik

Liburan memang bagi sebagian orang bisa dilakukan di season lain, tapi ini adalah moment yang selalu ditunggu bagi pemeluk agama mayoritas bagi masyarakat Indonesia khususnya. 
Dan tradisi yang ada di Indonesia #meriah

Perjalanan mudik sebagai tradisi lebaran ini kami mulai tanggal 22.06.17 pukul 12.00 keluar dari halaman rumah, karena tidak pandai memasak maka selayaknya manfaat kan dapur relasi alias makan siang di warung Hahahah 😆 :p
Lepas dari Karawang jam 14:00 dan tiba di kampung tepat jam 14:00 Juga masuk Jember dan tiba di rumah jam 16:00.
Senang nya melihat suasana rumah kediaman saat kecil, aman dan tenang, udara sejuk tidak kalah dengan suasana puncak. 

Ini dua ponakan kesayangan ku, Aleta dan Rasen. 
Kedatangan adik kedua ku bersama ibu mertua serta keponakan nya yang sebaya dengan anak ku pertama. 

Kompak ya? 
Berfoto di halaman depan rumah Glagahwero-Kalisat.

Jarang sekali saya melakukan perjalanan jauh, sampai ke pulau lain, maksudnya ber libur, sejauh ini hanya jawa barat, tengah dan timur itupun banyak yang belum di kunjungi.
Perjalanan saat liburan kemarin itu tujuan nya pulang kampung, kampung asal ku adalah Kalisat di kabupaten Jember Jawa Timur. 
Sejak kecil hingga SMA aku tinggal di sana bersama kemajemukan nya. Dan yang paling membuat kangen adalah wangi aroma tembakau. 



Namun demikian tidak membuat ku jadi perokok, menikmati tembakau adalah menghisap cerutu bukan rokok "putih" Kemasan, nah, sama halnya menikmati kopi, nikmat kopi adalah tubruk bukan saset. 


Ditanya bagaimana "rasa" perlu waktu cukup lama untuk menyatakannya jika sudah cukup lama waktu untuk paham maka yang keluar dari mulut saat menjawab nya adalah "tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata" hahaha curang ya :p 

Kebahagiaan pulang kampung saat ini Juga karena aku kedatangan teman Teman ku SMA 4 Jember, sejak kelulusan th 1993 hingga 2017 baru bisa ketemu meski sebentar. Rahmat - Suratin - Endy. Terimakasih gaeezz telah meluangkan waktu untuk ku.



Nah, Kalisat itu dekat sekali dengan Bali, perjalanan menuju Ketapang Gilimanuk hanya 2 jam, dan setibanya kita dari menyeberang menggunakan Lapak ferry kurang lebih 30-45 menit maka saat itu lah kita menginjakkan kaki di tanah Bali. 
I am so proud and excited 😊 
Perjalanan ke Bali kemarin bukanlah menjadi tujuan utama sebenarnya, dikarenakan lokasi sudah dekat dan suami serta anak-anak belum pernah ke Bali, maka diputuskan kita pergi meski hanya sehari semalam saja. #kurangpuas ☺

Dan yang menjadi kebanggaan adalah perjalanan tersebut menjadi perjalanan spiritual. Kami buta peta lokasi wisata di Bali dan hanya mengandalkan intuisi kemana kami pergi, maka itulah tempat yang kami
tuju adalah seturut kehendak Tuhan untuk kami dan kebaikan kebaikan semua. Seru sekalian alam semesta selalu memberikan tempat untuk kami memuja dan memuliakan Tuhan. 

Dalam perjalanan itu kami tidak tergesa-gesa melaju di atas roda sambil menikmati pemandangan suasana Bali, banyak berubah demikian hatiku berguman. 
Tiba-tiba kami melihat petunjuk arah Goa Maria Palasari, tanpa berpikir panjang langsung belok kiri dan sempat bertanya pada seorang ibu penduduk asli desa Palasari, wajah khas wanita Bali dan pakaian yang di kenakan dan sampai lah kita di Gereja Katholik Paroki Hati Kudus Yesus Palasari.
Menyempatkan berfoto untuk kenangan kami disana. 
Kami foto berempat, diambil oleh mami Christina Niniek, terimakasih ya Mi 😘


Masuk di halaman Gereja sungguh Megah dan indah, kolaborasi yang antik Antara eropa dan Bali. 


Demikian juga dengan altar nya di kemas sedemikian indah. 
Kesiur angin menyapa saat ku duduk untuk berdoa se akan menyapa dengan lembut serta mengucapkan Selamat datang.
Begitu damai rasa-rasa aku tak mau membuka mata dan tak mau beranjak dari sana. 
Sejuk dan damai. 



Kemudian, Kami berjalan ke belakang Gereja, ada pemakanan rohaniawan disana, setiap pastor yang bertugas dan dan wafat dimakamkan disana. Nah, goa Maria ada disana melewati pemakaman, tempat nya di atas. 
Palinggih Dewi Kaniaka Maria (Goa Maria)



Kami berdoa dan berterimakasih atas kebaikan Nya maka kami mendapat kesempatan atas semua ini.



Kemudian perjalanan kami lanjutkan, karena sudah siang waktunya untuk bersantap siang, Kami Katholik tapi Kami tidak menyantap daging Babi, banyak warung di setiap kiri kanan jalan juga ada yang ber tulis kan rumah makan Muslim, Kami mampir di RM Tiga Putra di Jembrana, mencoba menu khas Bali, ayam betutu dan ternyata pedas semua tapi enak pake bingit hehhe, kasian adik Gabriel kepedesan lalu Kami pesan sop sayur untuknya. 
Sambel matah wah sedep banget pedas asin nya pas, pernah dulu di kasih resep Bli Damuh Bening, hasil bikinan sendiri beda dengan buatan asli nya hahah. 
ynag ini lupa foto hehehe

Nah, hari sudah mulai sore,  karena kami tidak tau lokasi tempat wisata berikutnya, mencoba untuk tanya arah Denpasar kepada pelayan RM, wow 3 jam lagi dari Jembrana. 
Ya sudah tidak apa-apa, kita nikmati saja perjalanan ini.

Sebelum me lanjutkan perjalanan, saya bayar total billing makan, suami
Lihat peta Bali, dan tanah Lot yang terdekat. 
Dengan mengamati peta, kita putus kan untuk kesana, Jika Tuhan mengijinkan makan Kami akan tiba disana. 


Dalam perjalanan seorang teman Bli Putu namanya, sayangnya tidak bisa ketemu karena memang tidak ada janji dan berkabar kalo mau ke Bali sih, papasan deh jadinya dia ada acara ke Paiton ketempat saudaranya. 
Bli Putu memberikan saran, di Tanah Lot jika rejeki, akan ketemu ular weling suci yang di percayai bahwa ular tersebut Suci jelmaan selendang dari seorang Brahmans (gugling dulu cikal bakalnya) 
Dan kalo tidak pasang air laut nya bisa mendekat kesana. 
Kali inipun Tuhan memberikan ijin. Tidak Nisa pegang ular nya namun dia hadir menyapa lalu menghilang di balik batu Goa.
Kami tiba di Tanah lot dan Kami turun menuju pura Tanah Lot. 




Saat terdiam dan membathin suasana dan perjalanan tidak macet sama sekali Sangat dimudahkan, "Tuhan Kami sudah sampai di sini, terimakasih, Mohon ijin untuk mengantar anak-anak dan suami untuk menginjakan kaki Kami di sini, ini semua kehendakMu, berkati lah mereka semoga semua sehat dan sembuh dari sakit penyakit alergi yang selama ini mereka idap" 
Hari mulai senja, dasar halaman tanah lot tidak pasang maka Kami turun untuk menuju pura tanah lot. 
Saat itu terdengar suara lembut  " minumlah barang seteguk dari air dekat pura Tanah Lot itu untuk mu, anak-anak dan suami mu" demikian terdengar suara laki-laki lembut dan berwibawa ditelinga kananku.  
Meski pernah datang ke tanah lot aku tidak tau kalo ternyata ada sumber mata air disana. 
Masih menggunakan logika bahwasanya air mana? Apa air laut di kolam karang kecil-kecil itu ya? Dan sambil merenung terus berjalan mengikuti langkah kaki , ohhh ternyata ada sumber air Suci disini di Goa ini dan aku seperti anak kecil yang kegirangan,  rasa yang lama tak pernah aku rasakan, bahagia yang teramat sangat! 
Lalu Kami ikut antri disana diantara para wisatawan manca negara maupun lokal. Dan Kami adalah antrian penutup tidak ada lagi yang antri di belakang, sudah malam dan semua sudah bersiap untuk bubar acara. 
Dan teringat Bli Putu Jika rejeki akan bertemu ular weling yang di percaya ular Suci. Ular nya muncul saat Kami antri dan sesaat riuh karena ular di tunggu sedari tadi tidak juga muncul tapi dia hadir saat sudah mau selesai antrian terakhir, yaitu kami. Aneh tapi ternyata terjadi. Dan aku hanya mengamini serta berucap terimakasih karena semua ini terjadi atas kehendak Tuhan semesta. Amin.
Aku sempat kan berfoto meski sudah gelap saat itu dan aku ada di tanah lot Bali.


Setelah minum Tirta Suci sesuai ritual dan yang lainnya juga dahi kami di berkati dan di bubuhkan beras pada dahi, terimakasih, puji Tuhan. Amin. 


Hari mulai malam, maka kami pulang setelah itu, menuju Denpasar masih cukup lama ternyata hingga akhirnya kami dapat menginap di sebuah hotel. 
Ke esokan pagi nya kami melanjutkan perjalanan dan masih belum juga ada tujuan yang pasti. Karena sudah sampai di Bali kami teringat pada satu keluarga dari papi (masih adik sepupu dari papi) dan tahun 87 terakhir bertemu maka kami putus kan untuk mencari alamat dan menemui nya , tahun 1987 - 2017, wow 30th tidak ada komunikasi! 
Puji Tuhan, setelah mengandalkan google map meski sempat nyasar karena alamat mirip akhirnya bertemu juga Gg. Berlian tempat om Djiwo dan tante Maria Tinggal. 
Gembira untuk yang ke tiga kali dalam rentang waktu berdekatan sehari semalam. 
Tapi sayang saking asyik nya ngobrol dan saat berpamitan lupa berfoto untuk kenangan. 
Semoga masih ada waktu untuk bersua kembali nanti. Amin. 
Setelah berpamit kami sekalian pamit untuk pulang menuju pantai Sanur, disana hanya menikmati dan bermain air laut, ombak seperti ikut bergembira memainkan buih dan membasahi kaki, baju ku dan anak anak ku. 
Waktu yang sempit itu kami sempat kan untuk bertemu seorang teman, Siki namanya. Senang nya. 
Sembari makan siang Kami ngobrol meski belum cukup tapi aku bahagia.

Demikian semua serba singkat dan jadi padat bermakna Hehhehe ✌🏼
Lalu melanjut ke pantai Kuta. 
Nah ini bagian yang menurut saya paling penting, seperti biasa aku buka FB untuk baca baca dan posting sedikit peristiwa saat itu. Kebetulan saya sempatkan komen di salah satu status seorang teman FB bapa Nengah , kebetulan sedang menceritakan peristiwa ritual di tanah lot. Maka berkomentarlah dengan rasa excited belum juga hilang, "wah Bapa saya dari tanah lot sore tadi" 
Namun ternyata ada komen yang kurang berkenan rupanya dengan kedatangan kami, komen menggunakan bahasa Bali dan saya kurang paham tapi saya bisa menangkap bahwa ada keberatan dengan kedatangan kami "orang luar" Bali maka jadi rusak (semoga saya tidak salah terjemahkan karena pemahaman pribadi) 

Maka dengan ini saya bersedia mewakili wisatawan lokal, untuk MEMOHON MAAF, sepertinya banyak para wisatawan yang masih mempunyai kebiasaan buruk yaitu membuang sampah SEMBARANGAN. 
Mohon maaf atas kebiasaan buruk ini.  
Dan saya pribadi tanpa disuruhpun memungut sampah di tepian pantai dan sempat ngobrol dengan penjaga pantai, dia pun sering kali di buat kesal atas ulah orang orang itu. 
Lalu saya bilang saja "jangan sungkan tegur Bli, orang yang buang sampah sembarangan itu" 
Dan kami tertawa bersama tanda setuju, lagi-lagi aku lupa berfoto dan menanyakan namanya... oooooo my God!!! 
Agaknya apakah ini gejala gizi buruk ya kok pelupa banget Hahahha.

By the way, terimakasih Bali ku 
Terimakasih Tuhan, terimakasih leluhur atas bimbingan dan apa yang diterima nyata di sana.

Semoga para wisatawan yang datang baik di Bali atau di mana pun mereka bisa CARE / PEDULI untuk saling menjaga lingkungan tetap BERSIH sehingga  suasana menjadi lebih NYAMAN Jika suasana bersih. 

Daaannnn...... 
Perjalanan ini adalah kado untuk pernikahan kami yang ke 15th. 
Tak terasa telah sekian lama kami mengarungi bahtera keluarga ini, 7 Juli 2002 - 7 Juli 2017.



Terimakasih Tuhan kado pernikahan selalu asyik dan indah disetiap tahun yang kami lalui. Hallelujah Amin. 

Juli 2017,
15th pernikahan Agust & Nike Rifa


Komentar

Postingan Populer